Tuesday, November 4, 2008

HIKMAH KENANGAN



kekasih pergi membawa bunga cinta tersisa
pergi meninggalkan tak kembali 
dan tidak kembali
yang didapat hanya kenangan
tentang purnama penuh suasana bahagia 
dipejaman mata, disenyuman lara

rasa nyaman yang dibawa 
merupa taman bunga
yang paginya membasah dibalur embun
siangnya mengharum ditarik mentari
malamnya menghangat bagai kaki gunung dipelukan bumi
disana diriku pernah berharap
harap kan abadi, selama hidup

kepergian kekasih
kesedihan 
ketika kecerian membuahkan luka
dan kesepian
ketika di arena tawa diri terdiam
riuh tawa, tersayat pesona bisikkannya
senyum tawa, kenangan rasa hampa 

kini harap itu hancur
seperti pelangi yang pudar 
ditinggal tenggelam mentari 
yang tersisa hanya kenangan
bunga-bunga pun melayu, mengering dan menyatu kebumi
melebur dipangkuannya
ohh hati yang luluh

kisah cinta telah pecah
diiringi derai air mata
kekasih kau bawa cinta
kau bawa cinta 



Hikmah Kenangan

Kenangan bisa membuat kita seakan hadir di masa kita menjalaninya dulu. Sehingga sudah sepantasnya kita menghargai dan memaknai kenangan dengan baik, baik itu kenangan yang indah dimana kita merasa bahagia, senyum dan tawa ataupun kenangan pahit dimana kita merasa dendam, sedih bahkan sampai menangis luka. Dalam Al Qur'an Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: 
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri" (QS. Al Hadid: 22-23). 
Kenangan dan taqdir memiliki kaitan yang erat karena kenangan yang telah terjadi, yang saat ini terjadi dan yang akan terjadi merupakan taqdir sebagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: 
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfudz); Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah." (Al-Hajj: 70)
Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu’anhuma berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda:
"Allah telah menulis ketentuan seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selang waktu lima puluh ribu tahun." (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
“Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepada qalam tersebut, “Tulislah”. Kemudian qalam berkata, “Wahai Rabbku, apa yang akan aku tulis?” Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu yang terjadi hingga hari kiamat.” (HR. Abu Daud)
Dalil di atas menunjukan bahwa takdir segala sesuatu sudah ditetapkan Allah Subhanahu wa ta'ala sebelum terjadinya segala sesuatu. Sudah ditetapkan dan tidak akan berubah kecuali atas kehendak Allah Subhanahu wa ta'ala sendiri. Jangan pernah menyesal pada kenangan ataupun peristiwa apa saja yang pernah Menimpa kita (sekalipun itu pahit). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah pada Allah dan jangan kamu malas. Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Qodarollahu wa maa sya’a fa’al’ (Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya). karena ucapan”seandainya” itu akan membuka (pintu) setan.” (HR. Muslim)
Masa Lalu, Masa Sekarang dan Masa yang akan datang akan menjadi tonggak awal untuk kita melangkah lebih Maju. Langkahkan kaki dan berpeganglah pada kebenaran. Yakinlah, tidak ada taqdir yang kejam, jangan pernah sesali apa yang telah terjadi. Taqdir baik maupun buruk semuanya baik untuk kita. 

Islam sendiri menganjurkan manusia untuk selalu berharap yang baik-baik, dalam islam yang dimaksud berharap yaitu berharap pada kemurahan Allah Subhanahu wa ta'ala, mengingat Allah Maha kuasa atas segalanya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.  (Qs Al Insyirah: 8)
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta'ala diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Islam menganjurkan manusia untuk selalu berharap hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. 3 (tiga) hal yang dapat dipegang untuk mewujudkan harapan baik, yakni :

1. Ikhtiar

Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, jika usaha tersebut gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah Subhanahu wa ta'ala, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah Subhanahu wa ta'ala yang diiringi dengan perbuatan baik.

2. Do'a

Disamping kita melakukan usaha-usaha untuk mewujudkan harapan tersebut, kita juga tidak boleh melupakan do'a. Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan/buruk". Pada hakekatnya segala sesuatu di dunia ini merupakan bentuk dari kekuasan Allah Subhanahu wa ta'ala, jadi kita di dunia ini hanyalah seorang budak yang lemah, hina, dan  tak punya apa-apa, Oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

3. Tawakkal

Setelah kita melakukan ikhtiar (usaha) untuk mewujudkan suatu harapan, dan meminta pada Allah Subhanahu wa ta'ala agar harapan tersebut menjadi kenyataan. Maka kita hanya tinggal melakukan satu hal yakni tawakkal pada Allah Subhanahu wa ta'ala. Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, karena Allah Subhanahu wa ta'ala mempunyai hak mutlak untuk mewujudkan atau meniadakan suatu hal di dunia ini.

Jika kita sudah melakukan ketiga hal tersebut maka kita tinggal menunggu apakah Allah Subahanahu wa ta'ala berkehendak mewujudkan harapan kita, ataukah justru meniadakan harapan kita.

Jika memang yang kita inginkan tidak sesuai/tidak pernah terjadi jangan kita merasa galau/ sedih berkelanjutan, jika perasaan dan pikiran itu terus menggangu ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasimya :

Pertama, Sibukkan Diri dengan Semua yang Bermanfaat

Secara garis besar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan panduan, agar manusia selalu maju menuju lebih baik dalam menghadapi hidup. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,:
"Bersemangatlah untuk mendapatkan apa yang manfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika kalian mengalami kegagalan, jangan ucapkan, ‘Andai tadi saya melakukan cara ini, harusnya akan terjadi ini…dst.’ Namun ucapkanlah, ‘Ini taqdir Allah, dan apa saja yang dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena berandai-andai membuka peluang setan." (HR. Ahmad 9026, Muslim 6945, Ibn Hibban 5721, dan yang lainnya).
poin dalam hadits di atas:

* Sibukkan diri untuk selalu mengerjakan yang manfaat. Beliau memberikan batasan, artinya, ini berlaku baik untuk manfaat dunia maupun akhirat. Karena ketika kita sibuk dengan  segala yang bermanfaat, kita tidak memiliki waktu luang untuk melakukan perbuatan yang tidak manfaat, apalagi berbahaya. Ibnul Qoyim mengatakan: 
"Bahaya terbesar yang dialami seorang hamba, adalah adanya waktu nganggur dan waktu luang. Karena jiwa tidak akan pernah diam. Ketika dia tidak disibukkan dengan yang manfaat, pasti dia akan sibuk dengan hal yang membahayakannya." (Thariq al-Hijratain, hlm. 413)
Seorang mukmin tidak perlu merasa kesulitan untuk mencari apa yang manfaat baginya. Karena semua yang ada di sekitarnya, bisa menjadi kegiatan yang bermanfaat baginya. Jika dia belum bisa melakukan kegiatan yang manfaatnya luas, dia bisa awali dengan kegiatan yang manfaatnya terbatas. Setidaknya dia gerakkan lisannya untuk berdzikir atau membaca al-Quran. Atau berusaha menghafal al-Quran atau membaca buku yang bermanfaat.Tidak ada istilah nganggur bagi seorang mukmin. Karena setiap mukmin sepatutnya selalu sibuk dengan semua kegiatan yang manfaat.

* Jangan lupa diiringi dengan do'a. Inilah kelebihan orang mukmin yng tidak dimiliki selain mukmin. Setiap mukmin memiliki kedekatan hati dengan Rabbnya. Karena mereka memiliki harapan di sisi Rabbnya. “mintalah pertolongan kepada Allah” Mengingatkan agar kita tidak hanya bersandar dengan kerja yang kita lakukan, tetapi harus diiringi dengan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Karena keberhasilan tidak mungkin bisa kita raih, tanpa pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

* jangan merasa lemah. Dalam melakukan hal yang terbaik dalam hidup, bisa dipastikan, kita akan mengalami rintangan. Bagi seorang mukmin, rintangan bukan sebab untuk putus asa. Karena dia paham, rintangan pasti hadir di sepanjang perjalanan hidupnya dan tau solusi menghadapinya.

Kedua, Hindari Panjang Angan-angan

Terlalu ambisius menjadi orang sukses, memperparah kondisi galau yang dialami manusia. Kita berangan-angan panjang, hingga terbuai dalam bayangan kosong tanpa makna. Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat mencela panjang angan-angan. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
"Hati orang tua akan seperti anak muda dalam dua hal: dalam cinta dunia dan panjang angan-angan."(HR. Bukhari 6420)
Ali bin Abi Thalib Radhiallahu'anhu mengatakan :
“Yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah menikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu bisa menjadi penghalang untuk memihak kebenaran. Panjang angan-angan bisa melupakan akhirat. Ketahuilah bahwa dunia akan berlalu."

Ketiga, Jangan Merasa Didzalimi Taqdir

Ketika Kita merasa lebih gagal dibandingkan teman kita, ketika kita merasa lebih miskin dibandingkan rekan kita, Ketika kita terkatung-katung di dunia kuliah, sementara teman kita telah sukses di dunia kerja dan keluarga, kita tidak perlu berduka, karena duka tidak akan mengubah nasib. Yang lebih penting, kendalikan hati agar tidak hasad dan dengki. perlu diingat hadits, Diceritakan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Perhatikanlah orang yang lebih rendah keadaannya dari pada kalian, dan jangan perhatikan orang yang lebih sukses dibandingkan kalian. Karena ini cara paling efektif, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah bagi kalian." (HR. Ahmad 7657, Turmudzi 2703, dan Ibn Majah 4142)
Ketika kita melihat ada orang kafir yang bergelimang nikmat, kita perlu ingat bahwa nikmat iman yang kita miliki. Ketika kita melihat orang muslim ahli maksiat lebih sukses, kita perlu ingat, Allah Subhanahu wa ta'ala lebih mengunggulkan kita dengan taat.

Keempat, Jangan Lupakan Doa Memohon Kebaikan Dunia dan Akhirat

"Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan." (HR. Muslim no. 2720).
Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala selalu membimbing kita untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Demikian pula saat kita bertemu dengan seseorang, persiapkanlah diri kita menghadapi perpisahan dengannya suatu hari nanti. Sakitnya kehilangan berat diungkapkan dengan perkataan. Terkadang hanya airmata menjadi jawaban. Karena perpisahan menyangkut hal dan orang-orang yang disayang, perpisahan dengan ibu/bapak, saudara, sahabat-sahabat dan mungkin isteri/suami tercinta tentunya akan mengukir parut yang tidak hilang bekasnya karena kenangan dan keindahan yang sering hadir kembali di pikiran (Disini juga kita harus mensyukuri adanya nikmat lupa yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala). Namun, hakikatnya hidup terlalu singkat untuk di habiskan dengan memikirkan waktu yang telah berlalu.  Mungkin kalaupun tidak terpisah kerana jodoh dan pertemuan yang kuat, nanti akan terpisah juga oleh maut yang pasti menjemput.

Yang terpenting, sesakit apa pun perasaan yang mencucuk di dalam dada. Jangan lupa kembali mengingati Allah Subhanahu wa ta'ala. Kita tidak pernah memiliki apa-apa tanpa pemberianNya.  Allah Subhanahu wa ta'ala pinjamkan mereka untuk kita merasa bahagia. Untuk kita belajar berkasih sayang. Untuk kita saling menebarkan peringatan. Tetapi jangan gundah dan jangan hancur dalam kesedihan.  Kita masih ada peluang untuk bertemunya lagi.Masih ada!  yaitu di alam abadi (Jannah). Di tempat yang tidak akan ada lagi perpisahan ke dua kali.  Karena itu kita perlu saling menasihati dan saling memperbaiki diri, semoga Allah Subhanahu wa ta'ala kumpulkan kita sekali lagi di sana (jika kita menyayangi orang yang meninggalkan kita jadikan motivasi bagaimana cara kita untuk dapat bertemu dengannya di jannah nanti termasuk bagaimana cara kita menariknya ke jannah nanti).

Bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala akan cukupkan kita dengan segala karunia.Hati manusia terkadang tidak stabil atau sakit seperti halnya badan. Meskipun berbeda antara sifat maupun obatnya. Berikut obat yang dipakai untuk hati yang sakit:

Pertama: al-Qur’an al-Karim.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.Yunus: 57).
Allah Subhanahu wa ta'ala juga berfirman:
“Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Isra: 82)
Ibnu Qoyyim berkata: 
“Inti penyakit hati itu adalah syubhat dan nafsu syahwat. Sedangkan al-Qur’an adalah penawar bagi kedua penyakit itu, karena di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan dan argumentasi-argumentasi yang akurat, yang membedakan antara yang haq dengan yang batil, sehingga penyakit syubhat hilang. Penyembuhan al-Qur’an terhadap penyakit nafsu syahwat, karena di dalam al-Qur’an terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia dan lebih mengutamakan kehidupan akhirat.”
Orang yang ingin memperbaiki hatinya hendaknya mengetahui bahwa berobat dengan al-Qur’an itu tidak cukup hanya dengan membaca al-Qur’an saja, tetapi harus memahami, mengambil pelajaran dan mematuhi hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Ya Allah, jadikanlah al-Qur’an itu sebagai pelipur lara, penawar hati dan penghilang kegundahan dan kegelisahan kami. Amiin.

Kedua: Cinta kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Cinta kepada Allah Subhanahu wa ta'ala merupakan terapi yang mujarab bagi hati. Cinta seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa ta'ala akan menjadikan hatinya tunduk kepada-Nya, merasa tenteram tatkala mengingat-Nya, mengorbankan perasaannya demi sang cintanya, yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala. Hatinya senantiasa mengharap kepada yang dicintainya untuk memecahkan problem yang ia hadapi. Ia pun tak putus asa dari kasih sayang-Nya. Ia yakin bahwa yang dicintainya adalah Dzat yang tepat untuk mengadukan berbagai masalah. Ia yakin akan diberikan solusi yang terbaik untuknya. Kecintaan kepada-Nya menyebabkan dapat menikmati manisnya iman yang bersemayam di dalam hati.

Ketiga: Berdzikir atau mengingat Allah Subhanahu wa ta'ala.

Ketidaktenteraman hati merupakan hal yang membahayakan. Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan salah satu obat yang bisa menjadi sarana terapi keadaan hati yang demikian.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram” 
demikianlah arti firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam QS. ar-Ra’d : 28. Obat ini menjadikan hati seseorang hidup, terhindar dari kekerasan dan kegelapan. Ibnu Qayyim berkata:
“Segala sesuatu itu mempunyai penerang, dan sesungguhnya penerang hati itu adalah dzikrullah(mengingat Allah)."
Suatu ketika, seorang berkata kepada Hasan al-Basri, 
“Wahai Abu Sa’id, aku mengadu kepadamu, hati saya membatu.” 
Maka beliau menjawab, 
“Lunakkanlah dengan dzikir, karena tidak ada yang dapat melunakkan kerasnya hati yang sebanding dengan dzikrullah.” 
Maka dari itu Allah Subhanahu wa ta'ala di dalam banyak ayat-ayat-Nya menyuruh orang-orang yang beriman agar banyak dan sering berdzikir kepada-Nya. Seperti pada firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. al-Ahzab: 41). 
Nabi kita Muhammad selalu berdzikir kepada Allah pada setiap saat, sebagaimana dituturkan oleh istri beliau ‘Aisyah Radhiallahu 'anha.

Keempat: Taubat nasuha dan banyak beristighfar (minta ampun).

Perhatikanlah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda: 
“Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya setiap hari lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari).
dari al-Aghar bin Yasar al-Muzani Radhiallahu 'anhu berkata, Rasulullah Saw bersabda: 
“Wahai manusia bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali." (HR. Muslim)
juga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
“Sesungguhnya hatiku kadang keruh, maka aku beristighfar dalam satu hari sebanyak seratus kali.” (HR. Ahmad)
Dalam hadis diatas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa beliau menghilangkan kabut atau kekeruhan hati beliau dengan istighfar, padahal dosa-dosa beliau yang telah lalu maupun yang akan datang telah diampuni oleh Allah. Bagaimanakah dengan kita yang banyak dosa dan banyak melakukan kemaksiatan? Tidakkah kita lebih membutuhkan istighfar untuk hati kita yang sakit?! Demi Allah, betapa kita semua, sangat membutuhkan istighfar.

Kelima: Banyak berdoa dan permintaan kepada Allah untuk memperbaiki dan membersihkan hati serta memberinya petunjuk.

Berdoa merupakan pintu utama yang agung untuk memperbaiki hati. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk me-rendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. al-An’am: 43).
Teladan kita yang mulia Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala kesucian hatinya, beliau kokoh berjalan di atas kebenaran dan petunjuk. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Ummu Salamah. Ia meriwayatkan bahwa doa Nabi yang sering beliau panjatkan ialah: 
“wahai Tuhan Pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu” (HR. at-Tirmidzi)

Keenam: Sering mengingat kehidupan akhirat.

Sesungguhnya kelalaian mengingat akhirat itu adalah penghambat segala kebaikan, kebajikan dan merupakan pemicu malapetaka dan kejahatan. Seseorang yang banyak mengingat akhirat, akan menyadarkan dirinya bahwa kehidupan sebenarnya, yang dia hidup selama-lamanya adalah kehidupan akhirat. Dengan demikian, hatinya lurus dalam mengendalikan jasad. Tindak tanduknya mencerminkan amal nyata yang ia tanam di dunia ini dengan harapan ia akan dapat menuai hasil yang terbaik di akhirat kelak.

Ketujuh: Membaca dan mempelajari sejarah kehidupan orang-orang yang shalih.

Ini pun bisa menjadi salah satu obat bagi hati. Banyak pelajaran tentang teguhnya hati dari hempasan badai kehidupan yang menerjang. Siapa saja yang memperhatikan dan mempelajari kehidupan atau sejarah suatu kaum berdasarkan pengetahuan dan penghayatan, maka niscaya hatinya dihidupkan kembali oleh Allah dan disucikan batinnya. pelajarilah sejarah dan perjalanan hidup Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sejarah kehidupan beliau merupakan terapi untuk mempertebal iman dan memperbaiki hati. Dan juga pelajari ilmu-ilmu dari para pewaris nabi Insya Allah amat sangat banyak manfaatnya.

Kedelapan: Bersahabat dengan orang-orang shalih, bertakwa dan berbuat kebaikan.

Seseorang yang bergaul dengan orang yang bertakwa niscaya tidak celaka. Karena mereka tidak akan mengajak selain kepada kebaikan. Selamatlah hati seseorang dari terkontaminasi penyakit-penyakit hati. Sebaliknya, jika kita bersahabat dengan orang-orang yang tidak shalih, tidak bertakwa dan tidak berbuat kebaikan, niscaya kita akan celaka. Mereka akan mengajak kita untuk melakukan berbagai kejelekan yang akan menyebabkan hati Anda menjadi kotor. Allah Subhanahu wa ta'ala secara tegas berfirman:
“… dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”(QS. al-Kahfi : 28)
Maka berupayalah untuk bersahabat dengan orang-orang yang shalih. 

Demikian delapan obat untuk menyembuhkan penyakit hati. Berusahalah kita untuk memahami dengan baik dan mengamalkannya dengan tekun, karena sesungguhnya kebahagiaan yang hakiki itu, akan didapat dengan amal shalih dan hati yang bersih. 

Tulisan hikmah kenangan ini dikutip dari beberapa media islami, semoga Allah ar Rahman ar Rahim ash Shamad al Alim membalas kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan.


(* Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnasi 
ta`muruna bil ma`rufi 
wa tanhauna `anil munkari 
wa tu`minuna billah.
Allahummaghfirli...






No comments:

Post a Comment

"Good character is half of faith" silahkan berkomentar?